... lalu masih kuingat senyumnya.
Hanya itu yang kuingat.
Ah remuk dan malunya hati ini.
Bu,
Terlalu banyak, terlalu banyak yang mau kukatakan.
Engkau menggendongku,
memelukku saat aku kotor dan penuh tangis.
Engkau menghiburku, bahkan saat aku terhibur.
Engkau rendah hati saat aku sombong,
Engkau sabar saat aku tidak sabar.
Penjara cinta ini terlalu indah bu. Seperti kuatnya arus air, banjir..
Biar yang bersayap memujamu bu.
Kuulang, siapakah debu ini sehingga layak untuk jadi budakmu?
Aku masih ingat ketika aku mengintip ke bilikmu,
Aku tahu engkau berdoa disana, banyak yang tidak bisa kudengar..
Tapi samar-samar aku dengar doamu tentang harapanmu untukku,
untuk kerendahan hati,
untuk kesabaran,
untuk ketekunan,
untuk keberanian,
untuk kesetiaan,
untuk kemurnian,
dan untuk cinta.
Terima kasih bu! Tempa besi ini hingga berguna, jadi seperti keinginanmu.
Kali ini, ibu mau apa?
Diammu adalah jawabmu.
Biar aku jadi seperti yang ibu mau.
Permintaan rahasia itulah yang kuulang.
Apapun.
2009,
Redemptus
Thursday, January 8, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment