Umurku 72 tahun. Lembab dan dingin. Di tempat ini, mereka memenjarakanku. Hanya di tempat ini mereka tak lagi percaya padaku. Pandangan mata dingin penuh tanya terus menatapku bagai seekor hewan yang haus akan jawaban. Lalu mereka membiarkanku tertangkap dan dibui didalam tempat ini. Genap 15 tahun. Tak bisa kupercaya, yang ada di hatiku hanya perasaan untuk pulang ke rumah. Rumah. Rumah, bahkan aku hampir lupa tentang rumahku sendiri, bayangannya pudar. Aku rindu rumahku, bukan tempat ini. Aku ingin berbicara banyak, kepada orang yang kusayangi dan ibuku serta keluargaku, aku ingin becerita tentang perjalananku selama aku mengembara jauh dari rumahku, menghabiskan waktu disana walau orang-orang diluar begitu penasaran dengan diriku. Lalu, pada akhirnya aku tetap berakhir disini. Lucunya, biarpun begini ternyata harapan itu masih memancar masuk ke dalam selku yang sempit lewat sebuah lubang cahaya di dekat sini. Rumah dan kerinduan.
Aku baru saja memulai perjalananku. Umurku hampir 21 tahun. Yang kuambil memang jalan ini, sesak dan sempit. Mereka memandangku seperti anjing – anjing pemakan bangkai yang haus akan jawaban. Lalu mereka bertanya dan mengais-ngais. Tawa mereka, mata mereka, semua inderaku begitu responsif dan peka. Diriku yang belum matang ini terus merasa rindu akan rumahnya. Rumah yang memberikan kehangatan saat diriku tumbuh. Dalam perjalanan ini, telepon dan surat rasanya benar-benar membahagiakan. Tapi pertemuan begitu berbeda, yang ada hanya patung-patung batu dan anjing – anjing itu. Tapi bagaimanapun juga, di tempat yang sesak dan sempit ini, ibuku selalu berkata bahwa ia bersamaku. Aneh, tapi cahaya tetap memancar lewat lubang - lubang di batinku. Aku bukan orang diatas yang hampir "mati" sebelum mati. Rumah dan kerinduan. Perjalanan baru dimulai, dan aku akan pulang ke rumahku yang hangat itu. Tunggu aku.
Terima kasih untuk seorang pendengar buat sharing dan waktunya.
Redemptus
No comments:
Post a Comment