Bhinneka. Berbeda-beda / Perbedaan.
Penekanannya bukan pada ika saja. Tanpa bhinneka, tunggal tak pernah ada. Lalu kenapa kita terus bertikai soal perbedaan? Pengertian dan respek, itu yang kita perlu. Sudahlah, bodoh atau pintar, kulit kuning atau sawo matang, agama itu semua bumbu persatuan, saya juga gak muak karena kalian saling bunuh atau bakar, hasil korban dari semua itu harusnya jadi bayaran buat perubahan paradigma kita semua. Karena kita ingin bersatu maka kita mengacu pada konsep kesatuan dan melupakan perbedaan yang dianggap sedikit ‘antagonis’ terhadap persatuan.
Tunggal. Satu.
Justru dari perbedaan itu keindahan muncul. Justru karena ada perbedaan maka ada persatuan. Persatuan bukan keseragaman. Pertengkaran untuk menjadikan semua seragam itu gak akan pernah selesai, lha ya jelas, pada dasarnya karakter kita berbeda. Persatuan itu adanya di hati, yang di luar bisa berbeda. Jangan perhatikan muka saya yang jelek ini, cemberut, hati saya tersenyum koq. Karena seperti yang tertulis, kebenaran itu sendiri tidak berbeda.
Tulisan ini bukan tentang negara kita saja, tapi juga tentang kita semua yang dididik di Indonesia.
Kakawin Sutasoma
Empu Tantular
Rwâneka dhâtu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu.
Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Februari 2008,
Redemptus
No comments:
Post a Comment